Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan oleh kejadian seorang pendakwah yang melabeli seorang penjual es teh dengan kata “goblok”. Peristiwa ini menyebar luas di media sosial dan memantik reaksi beragam dari masyarakat. Di balik kontroversinya, ada pelajaran hidup yang sangat mendalam, tentang adab, rezeki, serta cara Allah membolak-balikkan keadaan manusia.
Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
Penjual es teh ini, meskipun awalnya tampak direndahkan, ternyata justru menjadi bukti nyata bahwa rezeki datang dari arah yang tak disangka-sangka. Dalam hitungan hari, Allah mengangkat derajatnya. Ia tidak hanya menjadi sorotan masyarakat, tetapi juga diberikan hadiah berupa perjalanan umrah gratis oleh seorang selebgram yang tersentuh hatinya. Firman Allah dalam Al-Qur’an menjadi nyata dalam kejadian ini: “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3)
Penjual es teh ini meski mungkin tampak sederhana, adalah sosok yang mampu bersabar dalam menghadapi hinaan. Kesabarannya menjadi jalan bagi Allah untuk mengangkat derajatnya. Ini mengingatkan kita bahwa tidak ada hinaan manusia yang mampu menghalangi takdir Allah.
Jangan Kasihan sama Penjual Es Teh
Banyak orang merasa kasihan kepada penjual es teh tersebut. Namun, sejatinya, rasa kasihan itu tidak tepat. Kasihan seolah-olah menunjukkan bahwa kita merasa lebih baik daripada orang lain, padahal kenyataannya tidak demikian. Penjual es teh ini mendapatkan kemuliaan yang luar biasa. Melihat kejadian ini, alih-alih kasihan, kita justru bisa belajar untuk iri dengan cara yang positif. Iri yang positif adalah ketika kita ingin mendapatkan keberkahan serupa tanpa ada rasa dengki. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada iri kecuali dalam dua hal: seseorang yang Allah beri kekayaan lalu ia habiskan di jalan kebaikan, dan seseorang yang Allah beri ilmu lalu ia ajarkan dan amalkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa indahnya jika kita iri kepada penjual es teh ini karena Allah memilihnya untuk dimuliakan dalam cara yang tidak pernah ia duga.
Kasihanilah Pendakwah yang Tergelincir
Sebaliknya, yang patut kita kasihani adalah sang pendakwah. Ia, yang sebelumnya dikenal sebagai sosok berilmu dan dihormati, justru kehilangan martabatnya karena lisannya sendiri. Rasulullah ﷺ telah memperingatkan dalam sabdanya: “Seorang hamba mungkin mengucapkan satu kata tanpa berpikir, dan karena itu ia tergelincir ke dalam neraka sejauh lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah pelajaran besar bagi siapa saja yang memiliki ilmu, terlebih lagi yang diamanahi peran sebagai pendakwah. Ilmu tanpa adab hanya akan membawa kehancuran. Seharusnya, ilmu menjadikan seseorang rendah hati dan berhati-hati dalam bertutur kata.
Adab: Fondasi Kehidupan
Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya adab dalam kehidupan, khususnya dalam dakwah. Adab bukan hanya tentang bagaimana kita bersikap kepada orang lain, tetapi juga bagaimana kita menjaga lisan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Pendakwah adalah cermin umat.
Jika ia tergelincir, dampaknya tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga pada citra Islam di mata masyarakat. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah salah satu bentuk adab yang paling penting.
Pelajaran Hidup dari Dua Sisi
Dari peristiwa ini, kita bisa mengambil pelajaran penting:
- Jangan Menghina Orang Lain
Hinaan kepada orang lain tidak menjatuhkan mereka, tetapi justru bisa menjadi jalan Allah untuk mengangkat derajat mereka. Sebaliknya, orang yang menghina bisa kehilangan kehormatan dalam sekejap mata. - Sabar dalam Cobaan
Penjual es teh ini mengajarkan kita bahwa kesabaran dalam menghadapi cobaan akan berbuah manis. Allah berfirman:
“Dan sungguh, Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 96) - Adab Lebih Utama dari Ilmu
Sebanyak apa pun ilmu yang dimiliki, tanpa adab, ilmu itu tidak akan membawa manfaat. Sebaliknya, adab yang baik bahkan bisa mengangkat seseorang yang memiliki ilmu sederhana. - Rezeki di Tangan Allah
Kejadian ini menjadi bukti nyata bahwa rezeki dan kehormatan sepenuhnya berada dalam kuasa Allah. Tidak ada yang bisa menahan rezeki seseorang jika Allah sudah menetapkannya.
Peristiwa ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa kehidupan adalah tentang bagaimana kita membawa diri. Kesabaran, menjaga lisan, dan memiliki adab adalah kunci untuk meraih kemuliaan di sisi Allah. Mari kita belajar dari penjual es teh, yang dalam kesederhanaannya mampu bersabar dan akhirnya dimuliakan oleh Allah.
Semoga Allah memberikan kita hidayah untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menjaga lisan, dan selalu mengedepankan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Penulis: Albi Rosadi, S.Ag. (Ketua Bidang Pemberdayaan dan Kemaslahatan Umat DPP IMABA)
Disclaimer tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.