PONTIANAK, APAKALBAR.COM – Calon Ketua Umum Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kalimantan Barat (Kalbar), Ridho Adyt Setiawan mengatakan Pembangunan Ekosistem Kolaboratif merupakan solusi anak muda berwirausaha di Kalimantan Barat.
Hal tersebut ia sampaikan pasca mengisi kuliah umum Menuju MUSDA BPD HIPMI KALBAR ke XVI Tahun 2025 di Gedung Conference UNTAN Pontianak, Rabu (14/5/2025).
“Karena melalui pembangunan ekosistem kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak akan mendukung pertumbuhan wirausaha muda,” ucapnya.
Lebih lanjut, menurut Ridho potensi pengusaha muda di Kalbar sangat besar, namun masih dibayangi oleh sejumlah kendala krusial. Di antaranya adalah terbatasnya akses permodalan.
Banyak pelaku usaha pemula kesulitan mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan karena kurangnya agunan dan rendahnya literasi keuangan dan Skema pembiayaan yang ada dinilai belum ramah bagi usaha kecil.
Tak hanya itu, minimnya literasi bisnis juga menjadi hambatan serius. Sebagian besar pengusaha muda belum memahami aspek penting seperti manajemen, pemasaran digital, pembukuan, hingga strategi produk.
“Tantangan lain juga datang dari sisi pemasaran. Masalah pengemasan dan branding yang kurang sesuai dengan selera pasar luar daerah juga turut mempengaruhi daya saing,” ungkapnya.
Ridho yang merupakan pengusaha muda di bidang properti dan periklanan ini juga menyoroti lemahnya budaya kolaborasi antar pengusaha muda.
Banyak pelaku usaha berjalan sendiri tanpa bergabung dalam komunitas bisnis seperti HIPMI atau inkubator digital.
Selain itu, keterbatasan infrastruktur digital, terutama di desa-desa yang belum terjangkau internet (sekitar 180 desa per 2024), semakin menghambat pemanfaatan e-commerce dan teknologi digital lainnya.
Persaingan dengan produk luar daerah, khususnya dari Pulau Jawa, juga menjadi sorotan.
Produk luar kerap unggul dari segi harga dan kualitas, sedangkan produk lokal bergantung pada bahan baku dari luar yang menambah biaya produksi.
“Tak kalah penting, masih banyak pelaku usaha yang belum mendapatkan informasi atau akses terhadap program bantuan pemerintah akibat birokrasi yang rumit,” pungkasnya.
BACA JUGA: SC Musda BPD HIPMI Kalbar XVI Resmi Tetapkan Calon Ketua Umum Periode 2025-2028
Menjawab berbagai tantangan tersebut, Ridho menawarkan gagasan membangun ekosistem kolaboratif di Kalbar.
Menurutnya, ekosistem ini merupakan sinergi antara pengusaha, pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat yang saling mendukung satu sama lain.
Tujuan utamanya adalah menciptakan peluang usaha bersama dan memberikan manfaat kolektif.
lanjut Ridho, Kalbar memiliki kekayaan alam dan potensi pasar yang besar, khususnya di sektor agribisnis, pariwisata, dan industri kreatif.
Namun semua potensi itu harus didukung oleh sistem yang kondusif dan berkelanjutan.
Ridho menekankan pentingnya peran pemerintah provinsi dalam memberikan kebijakan yang pro-pengusaha muda.
Misalnya, melalui pelatihan UMKM, insentif pajak, serta penyediaan fasilitas pendukung usaha.
“HIPMI Kalbar sendiri akan menjadi wadah yang aktif mempertemukan pengusaha muda dengan mentor, investor, dan jejaring bisnis lainnya melalui seminar dan pelatihan rutin,” tuturnya.
Beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan diantaranya melakukan Pelatihan dan Mentoring dengan memberikan pelatihan berkala di bidang digital marketing, keuangan, dan pengembangan produk.
Selain itu, menghadirkan mentor bisnis yang siap membimbing pengusaha muda.
Kemudian mendorong penggunaan platform digital untuk promosi dan efisiensi operasional usaha.
“Membangun jaringan kolaborasi yang melibatkan pelaku usaha dari beragam latar belakang agar tercipta sinergi yang kuat dan beragam peluang pasar,” katanya.
Terakhir ia menegaskan pengusaha muda memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi daerah.
Oleh karena itu, diperlukan inovasi berkelanjutan serta semangat kolaboratif untuk menciptakan ekosistem usaha yang sehat, saling menguntungkan, dan berkelanjutan di Kalimantan Barat.
Cityzen Reporter