Pontianak – Dalam dunia entrepreneurship, kegagalan bukan akhir dari perjalanan ia adalah bagian tak terpisahkan dari proses belajar. Yang membedakan entrepreneur sejati dari yang lainnya bukan hanya ide brilian atau modal besar, tetapi keberanian untuk gagal dan kebijaksanaan untuk bangkit kembali dengan lebih kuat.
Tokoh-tokoh entrepreneur dunia memberikan pelajaran berharga tentang resiliensi ini. Steve Jobs pernah dipecat dari Apple, perusahaan yang ia dirikan sendiri, namun pengalaman pahit itu justru membentuknya menjadi pemimpin yang lebih visioner.
Jack Ma ditolak puluhan kali dalam melamar pekerjaan, termasuk ditolak oleh KFC, namun penolakan itu tidak menghentikannya untuk membangun Alibaba, salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia. Harland Sanders, pendiri KFC, ditolak 1.009 kali sebelum ada yang mau membeli resep ayam gorengnya. Di Indonesia, Bob Sadino pernah bangkrut berkali-kali sebelum sukses membangun kerajaan bisnisnya. Kisah-kisah ini mengajarkan satu hal: kegagalan adalah guru terbaik.
Kegagalan dalam bisnis bukanlah cerminan dari ketidakmampuan seseorang. Ia adalah pelajaran berharga tentang apa yang tidak berhasil. Setiap usaha yang tutup, setiap produk yang tidak laku, setiap strategi yang meleset semua itu adalah informasi yang sangat berharga untuk iterasi berikutnya. Entrepreneur sejati tidak melihat kegagalan sebagai titik berhenti, melainkan sebagai titik balik. Mereka bangkit secepatnya setelah melakukan evaluasi menyeluruh, tidak dengan kecepatan sembarangan, tetapi dengan kebijaksanaan untuk menganalisis setiap kesalahan.
Yang membedakan entrepreneur sukses dengan yang menyerah adalah resiliensi kemampuan untuk bangkit setelah jatuh. Ini bukan sekadar soal optimisme buta, tetapi tentang kemampuan untuk menganalisis apa yang salah, belajar dari kesalahan, dan mencoba lagi dengan pendekatan yang lebih baik. Proses ini membentuk karakter, mengasah kemampuan problem-solving, dan membangun mental yang tangguh.
Bagi para calon entrepreneur, mulailah dengan mengubah cara pandang terhadap kegagalan. Jangan takut untuk memulai karena khawatir tidak berhasil. Justru dengan tidak memulai sama sekali, kita sudah gagal sejak awal. Kegagalan adalah privilege,ia membuktikan bahwa kita telah cukup berani untuk mencoba sesuatu yang berisiko. Mulailah dengan risiko yang bisa Anda tanggung, tetapi jangan biarkan ketakutan gagal melumpuhkan langkah Anda.
Berani gagal bukan berarti tidak perlu persiapan atau perencanaan yang matang. Ia berarti siap dengan kemungkinan bahwa tidak semua akan berjalan sesuai rencana, dan memiliki keberanian untuk tetap melanjutkan. Karena pada akhirnya, entrepreneur sejati bukan diukur dari seberapa banyak mereka berhasil pada percobaan pertama, tetapi dari seberapa sering mereka bangkit setelah jatuh.
Filosofi “berani gagal, berani bangkit” adalah fondasi dari setiap kesuksesan entrepreneurship. Tanpa keberanian ini, tidak akan ada inovasi, tidak akan ada perubahan, dan tidak akan ada kemajuan. Saatnya kita merayakan kegagalan sebagai bagian dari perjalanan, bukan sebagai akhir dari cerita. Karena ketika Anda mencapai usia 60 tahun, penyesalan terbesar bukan karena mencoba dan gagal, tetapi karena tidak pernah mencoba sama sekali.
Penulis: Shufi At-Tazkia





