Menjaga Suasana Hati Dengan Berpuasa? Siapa Takut!

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas sedikit tentang hubungan psikologi dan puasa, kira-kira ada hubungannya gak ya? Mari kita bahas bersama-sama. Sebelumnya kita harus tahu dulu apa itu psikologi dan apa itu puasa, nah psikologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hubungan-hubungan antar manusia, psikologi juga bisa dikatakan sebagai ilmu tentang jiwa. Sedangkan puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan shiyam, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Nah terus apa sih hubungan psikologi dan puasa? Salah satu manfaat berpuasa pada psikologis adalah membantu meningkatkan suasana hati (mood) yang positif. Kebanyakan dari kita pasti sangat sulit untuk menjaga suasana hati agar selalu positif, memikirkan banyak hal yang membuat pikiran kacau dan membuat otak kita berpikir untuk hal-hal yang dapat merusak suasana hati.

Pada studi yang berjudul Effect of Ramadan Fasting on Endorphin and Endocannabinoid level in Serum juga memberikan penjelasan beberapa hormon yang kemungkinan diproduksi tubuh saat puasa. Jurnal tersebut juga menyebut puasa mampu meningkatkan opioid endogen dan hormon endorfin. Keduanya adalah hormon yang mampu menimbulkan perasaan bahagia dan dapat menekan efek negatif stres, menjadikannya lebih tenang serta lebih santai. Puasa bukan hanya hal menahan lapar dan haus, tetapi kita juga dituntut untuk menahan amarah, nah jadi menahan amarah inilah kita dapat membersihkan segala pikiran kotor yang membuat suasana hati buruk. Ketika pikiran kita mulai memburuk maka suasana hati kita pun otomatis mengikuti pikiran tersebut, yang membuat suasana hati menjadi tidak tenang (badmood).  Dilansir dari hellosehat bahwa, Pada minggu awal puasa Ramadan, tubuh mulai beradaptasi dengan rasa lapar yang melepaskan sejumlah besar katekolamin yang membuat perasaan menjadi lebih baik. Katekolamin adalah sekelompok hormon untuk menanggapi perasaan stres, termasuk hormon adrenalin, norepinefrin, dan dopamin.

Bacaan Lainnya

Jika kita mengonsumsi makanan yang sehat dan minum air putih yang cukup pada saat sahur maka kita juga akan menjalankan puasa dengan baik dan suasana hati yang baik pula, karena sebetulnya rasa haus dan lapar juga bisa berkontribusi pada suasana hati. Jadi, seseorang bisa menjadi mudah marah saat lapar karena adanya reaksi biokimia akibat penurunan gula darah. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk mengontrol suasana hati selama berpuasa.

Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus memperhatikan apa yang kita konsumsi saat sahur dan berbuka. Karena makanan yang kita konsumsi saat sahur dan berbuka sangat mempengaruhi suasana hati kita selama berpuasa. Oleh karena itu, kita harus mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi seimbang agar kita tetap bertenaga dan mampu mengontrol suasana hati selama berpuasa. Seperti makanan yang kaya akan serat dan karbohidrat kompleks yang terdapat pada gandum, beras merah, dan lain-lain. Nah, makanan yang kaya akan serat juga dapat menahan air yang membantu kita agar terhindar dari dehidrasi pada saat berpuasa, karena umumnya pada saat dehidrasi kita cenderung akan mudah marah, dan itulah sebabnya menjaga tubuh agar terus memiliki cairan lebih sangat penting saat berpuasa.

Kira-kira apa sih penyebab perubahan suasana hati saat berpuasa? Mari kita simak bersama-sama. Pada kondisi ini membuat orang yang berpuasa akan mudah merasa gelisah.

  • Kecanduan minuman manis atau berkafein, seperti teh, kopi, dan minuman bersoda
  • Kurang tidur

Mengganti waktu tidur bisa mengakibatkan ketidakseimbangan jam biologis tubuh.

  • Gangguan penyakit

Penyakit yang menyebabkan suasana hati berubah pada saat berpuasa adalah seperti asam lambung hingga sakit kepala.

  • Meningkatkan kadar keton

Peningkatan sekresi keton ini menyebabkan beberapa perubahan suasana hati, terutama di awal hari-hari berpuasa.

Nah ada beberapa tips ni untuk menjaga suasana hati pada saat berpuasa:

  1. Jangan lewatkan jam sahur
  2. Cukupi cairan dengan kebutuhan tubuh
  3. Konsumsi makanan yang kaya akan serat
  4. Mengatur waktu tidur dengan sebaik mungkin
  5. Lakukan hal-hal yang membuat hati anda tenang, seperti membaca buku atau bermain dengan hewan peliharaan.

Sembari menunggu waktu berbuka, isi kekosongan waktu tersebut dengan hal-hal yang positif, tadarus juga dapat meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik dan tenang, bermain dengan hewan peliharaan juga dapat membuat mood stabil. Dalam berpuasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, tetapi tantangan terberatnya justru mengendalikan diri (untuk mencapai self-improvement) yang merupakan kunci keberhasilan mencapai tujuan saum Ramadhan. Diungkap oleh Zillman (dalam teori emosi), bila seseorang sedang berada dalam kondisi tidak bisa mengendalikan diri, akan terjadi “pembajakan emosi”. Tubuh akan dikuasai oleh emosi hebat, sehingga sedikit saja distimulasi muncul emosi berikutnya dengan intensitas yang makin tinggi (baca: emosi negatif).

Nah, puasa Ramadhan merupakan sebuah upaya untuk memutus rangkaian panjang gelombang emosi, Ramadan datang dan berperan sebagai pereda, memotong gelombang emosi yang meracuni otak kita. Jika sebulan penuh kita mampu bertahan, niscaya, kita akan terlahir sebagai manusia baru. Semoga kita dapat terlahir menjadi manusia baru yang dapat mengendalikan suasana hati, pikiran, dan menjadi manusia baru yang tabah.

Penulis: Khoirunnisa Lubis

Editor: Ika Ayuni Lestari

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *