HIPMI dan Mandat Sejarah: 53 Tahun Bersuara atau Tenggelam di Era Disrupsi?

Foto Penulis: Muhammad Holil (Ketua HIPMI Perguruan Tinggi Kalimantan Barat 2016-2019, Sekretaris Umum BPC HIPMI Kota Pontianak 2025-2028)

PONTIANAK – Tanggal 10 Juni 2025 bukan sekadar perayaan ulang tahun ke-53 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Lebih dari itu, ini adalah momen refleksi dan kontemplasi historis atas gerakan kewirausahaan nasional yang telah membentuk wajah ekonomi Indonesia dari masa kemasa.

HIPMI bukanlah organisasi biasa. Ia adalah manifestasi dari semangat perlawanan generasi muda terhadap ketertinggalan ekonomi, dominasi asing, dan mentalitas kolonial yang telah lama mencengkeram jiwa bangsa.

Bacaan Lainnya

HIPMI lahir sebagai gerakan. Sebuah movement, bukan hanya komunitas. Sejak 1972, HIPMI menyuarakan bahwa bangsa yang besar tidak bisa disandarkan hanya pada birokrasi dan kekuasaan, melainkan pada kekuatan pengusaha lokal yang tangguh, berintegritas, dan visioner. Inilah gagasan awal yang menjadi napas HIPMI: pengusaha bukan sekadar pedagang, melainkan arsitek masa depan bangsa pengusaha pejuang dan pejuang pengusaha sejati..

Sejarah Kelahiran HIPMI: Melawan ArusMenanam Akar Perubahan

HIPMI didirikan di tengah situasi sosial-politik dan ekonomi Indonesia yang masih gamang. Tahun 1972, ketika Orde Baru baru membangun ulang sistem ekonomi nasional, wirausaha belum menjadi cita-cita umum anak muda. Menjadi pegawai negeri atau birokrat adalah simbolstatus. Sementara pengusaha dipandang sinis, sebagai spekulan atau “pedagang kecil” yang tidak mulia.

Namun sekelompok anak muda pemberani yang salah satunya adalah Ayahanda Abdul Latief dengan idealisme dan kemarahan terhadap stagnasi ekonomi mendirikan HIPMI.

Mereka tidak hanya ingin mencetak pengusaha, tetapi membangun kelas ekonomi baru yang nasionalis, mandiri, dan modern. Inilah awal mula HIPMI menjadi kawah candradimuka kader-kader ekonomi nasional.

HIPMI bukan hanya organisasi. Ia adalah ideologi yang menolak kemapanan semu dan menyerukan kemandirian ekonomi. HIPMI memotret realitas bahwa kekayaan bangsa ini takakan dinikmati rakyatnya bila anak mudanya tidak mengambil alih ekosistem produksi, distribusi, dan konsumsi.

Dari awal berdirinya, HIPMI mengusung pandangan strategis bahwa pengusaha harus menjadi pilar pembangunan, bukan pelengkap. Kader-kader HIPMI tidak boleh hanya sukses di dunia bisnis, tetapi juga menjadi pembuat kebijakan, pemimpin masyarakat, dan agen perubahan sosial.

Banyak tokoh nasional dari Kepala Daerah, menteri, hingga mantan Presiden Joko Widodo lahir dari dapur perjuangan HIPMI. Ini bukti bahwa HIPMI telah menjalankan fungsi regenerasi kepemimpinan nasional melalui jalur ekonomi.

HIPMI dalam Dinamika Zaman

Di masa Orde Baru, HIPMI mengambil peran sebagai mitra strategis pemerintah dalam pembangunan industri dan infrastruktur. Kader HIPMI banyak terlibat dalam proyek-proyek strategis, membangun relasi antara pengusaha muda dan negara. Namun HIPMI tidak kehilangan independensinya. Ia tetap menjadi kekuatan sipil yang kritis terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat kecil.

Memasuki era Reformasi, HIPMI menghadapi tantangan baru. Liberalisasi ekonomi, krisismoneter, dan perubahan lanskap politik menuntut HIPMI bertransformasi menjadi organisasi yang adaptif, inklusif, dan lebih progresif. HIPMI harus belajar menjawab isu-isu keadilan sosial, ketimpangan ekonomi, dan pemberdayaan UMKM yang selama ini luput dari perhatian elite ekonomi.

HIPMI kemudian memainkan peran penting dalam mendorong lahirnya gelombang baru pengusaha muda yang tidak hanya fokus pada sektor konvensional, tetapi mulai masuk keteknologi, kreatif, dan sosial enterprise. Spirit “economic activism” HIPMI menjadi lebih terasadi akar rumput, di mana HIPMI hadir tidak hanya dalam seminar dan Munas saja, tapi juga dalam pendampingan, pelatihan, hingga pemberdayaan desa.

Disrupsi Digital: Ujian dan Kesempatan Emas HIPMI

Di era revolusi industri 4.0 dan disrupsi digital, HIPMI dihadapkan pada tantangan eksistensial. Dunia berubah cepat. Model bisnis lama tumbang satu per satu. Ekonomi digital menciptakan peluang sekaligus ketimpangan baru. Jika tidak segera bertransformasi, HIPMI bisa tergerus menjadi organisasi usang yang hanya hidup dari nostalgia masa lalu.

Namun sejarah menunjukkan bahwa HIPMI adalah organisasi yang tidak mudah dikalahkan zaman. Justru disrupsi ini harus dimaknai sebagai peluang emas untuk melakukan lompatan kuantum. HIPMI harus mengambil peran sebagai arsitek ekonomi digital Indonesia. Kader HIPMI harus menjadi founderinnovator, dan tech leader yang membangun aplikasi, platform, dan ekosistem digital yang relevan dengan kebutuhan rakyat.

HIPMI harus mampu memimpin konsolidasi startup lokal, menjembatani dunia teknologi dan akar rumput, serta mengamankan kedaulatan data dan ekonomi digital nasional. Jangan biarkan negara ini kembali dikuasai oleh konglomerasi digital asing hanya karena anak muda lokal tidak difasilitasi.

Di Usia 53 Tahun: HIPMI Harus Ambil Posisi Strategis Nasional

HIPMI tidak bisa terus berada di pinggir kekuasaan. Sudah saatnya HIPMI menjadi decision maker dalam perumusan kebijakan ekonomi nasional. Ini bukan soal kekuasaan, tapi tanggungjawab sejarah.

Momentum ulang tahun ke-53 ini semakin bermakna dengan adanya penetapan tanggal 10 Juni sebagai Hari Kewirausahaan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2024.

Penetapan ini merupakan bentuk pengakuan negara terhadap pentingnya peran pengusaha muda dalam perekonomian nasional. Pemerintah telah mengafirmasi bahwa kewirausahaan adalah tulang punggung pembangunan. Dan HIPMI, sebagai pelopor, harus berada di garis depan.

Kita hidup di era di mana kekuatan ekonomi lebih menentukan dari pada kekuatan militer. HIPMI harus sadar, pengusaha muda hari ini bukan hanya agen ekonomi, tetapi juga aktor geopolitik.

Jika pengusaha muda kita tidak bangkit, maka pasar akan terus dikuasai asing, data kita dicuri, dan nilai tambah ekonomi mengalir ke luar negeri. HIPMI harus menjadi pagar kedaulatan ekonomi bangsa. HIPMI harus menjadi garda terdepan dalam perjuangan ekonomi berbasis Pancasila.

HIPMI bukan lagi organisasi beradu gengsi. HIPMI harus menjelma menjadi kekuatan historis yang sadar akan perannya dalam membangun masa depan ekonomi Indonesia. 53 tahun adalah usia matang untuk menuntaskan misi sejarah. 

Ini bukan lagi saatnya bermain di tepian. Ini waktunya menyelam lebih dalam dan menuntaska njanji awal: membebaskan bangsa ini dari ketergantungan ekonomi, dan membentuk ekosistem usaha yang inklusif, berdaulat, dan berbasis nilai.

HIPMI jangan terjebak pada seremoni dan glamour politik. HIPMI bukan tempat cari panggung, tetapi ladang perjuangan. HIPMI bukan organisasi kosmetik yang hanya indah di luar tapi kosong dalam visi. Jadilah rumah besar bagi pengusaha pejuang dan pejuang pengusaha.

HIPMI tidak dilahirkan untuk menjadi penonton sejarah. HIPMI diciptakan untuk menjadi penggerak utama sejarah ekonomi bangsa.

Selamat Merayakan ulang tahun HIPMI yang ke-53. Salam Pengusaha Pejuang – PejuangPengusaha. Tugas kita belum selesai. Justru baru dimulai.

Penulis: Muhammad Holil (Ketua HIPMI Perguruan Tinggi Kalimantan Barat 2016-2019, Sekretaris Umum BPC HIPMI Kota Pontianak 2025-2028)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *