Muslim Boleh Merayakan Tahun Baru

Albi Rosadi, S.Ag. (Kader GP. Ansor Pontianak Utara)

Tahun baru 2025 segera tiba, dan seperti biasa, berbagai belahan dunia bersiap menyambutnya dengan pesta dan perayaan meriah. Namun, di kalangan Muslim, perdebatan sering mencuat terkait hukum merayakan tahun baru Masehi. Banyak ulama berpendapat bahwa perayaan tersebut haram karena mengandung unsur yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Namun, dalam konteks tahun baru 2025, ada pendekatan yang dapat diterima oleh umat Islam. Malam tahun baru kali ini bertepatan dengan malam tanggal 1 Rajab, salah satu bulan mulia dalam kalender Hijriyah. Bulan Rajab memiliki keistimewaan khusus, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:
   اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” (QS. At-Taubah: 36)

Bacaan Lainnya

Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah. Dalam bulan-bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, menjauhi dosa, dan memperbanyak amal baik. Maka, tahun baru kali ini menjadi momentum spesial bagi umat Islam untuk merayakannya dengan cara yang berbeda, yaitu dengan ibadah, introspeksi, dan penguatan hubungan spiritual dengan Allah.

Daripada larut dalam euforia pesta dan kemeriahan duniawi, umat Islam dapat memanfaatkan momen ini untuk:

  1. Meningkatkan Ibadah Malam
    Malam 1 Rajab adalah malam istimewa yang penuh keberkahan. Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Berdoalah kepada Allah pada malam-malam bulan haram, karena doa kalian akan dikabulkan.” (HR. Ahmad)
    Malam pergantian tahun ini bisa diisi dengan salat malam, zikir, membaca Al-Qur’an, dan beristighfar. Ini adalah bentuk perayaan spiritual yang lebih bermakna.
  2. Muhasabah Diri
    Tahun baru adalah momen tepat untuk refleksi. Umat Islam bisa merenungkan perjalanan hidup selama setahun terakhir—menghitung dosa, bersyukur atas nikmat, dan merencanakan perbaikan diri di masa depan.
  3. Memperbanyak Doa
    Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam terakhir tersisa, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
  4. Berpuasa di Awal Rajab
    Tanggal 1 Januari 2025 bertepatan dengan 1 Rajab 1446 H. Puasa pada hari tersebut sangat dianjurkan karena termasuk dalam amalan yang memiliki banyak keutamaan. Terkait keutamaan puasa Rajab, Imam al-Ghazali dalam Ihyâ ‘Ulumiddîn (juz 3, h. 431) mengutip dua hadits berikut: 

صوم يوم من شهر حرام أفضل من ثلاثين من غيره وصوم يوم من رمضان أفضل من ثلاثين من شهر حرام    
Artinya: Satu hari berpuasa pada bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), lebih utama dibanding berpuasa 30 hari pada bulan selainnya. Satu hari berpuasa pada bulan Ramadhan, lebih utama dibanding 30 hari berpuasa pada bulan haram.

   من صام ثلاثة أيام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت كتب الله له بكل يوم عبادة تسعمائة عام    
Artinya: Barang siapa berpuasa selama tiga hari dalam bulan haram, hari Jumat, dan Sabtu, maka Allah balas setiap satu harinya dengan pahala sebesar ibadah 900 tahun.   

Sementara Sayyid Abu Bakar Syattha’ dalam I’ânah at-Thâlibîn mengutip hadits berikut:  
   صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ    
Artinya: Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah!. (HR Abu Dawud dan yang lainnya).    

Anjuran untuk melakukan sekaligus meninggalkan pada hadits di atas maksudnya adalah berpuasa semampunya saja (Sayyid Abu Bakar Syattha’, I’ânah at-Thâlibîn, juz 1, h. 307).

Tahun baru kali ini memberikan peluang istimewa bagi umat Islam untuk menjadikannya sebagai ajang ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan cara ini, kita tetap merayakan datangnya tahun baru, tetapi dalam bingkai syariat Islam yang sesuai.

Alih-alih pesta, hura-hura, atau membuang waktu, mari rayakan malam tahun baru dengan introspeksi, doa, dan ibadah. Kita sambut bulan Rajab dengan penuh semangat, karena ini adalah langkah awal menuju persiapan spiritual untuk Ramadan yang hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Semoga tahun baru ini membawa keberkahan, dan semoga kita menjadi hamba yang lebih baik di hadapan Allah. Aamiin.

Penulis: Albi Rosadi, S.Ag. (Kader GP. Ansor Pontianak Utara)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *